laman

Kamis, 31 Juli 2008

ISRA' MI'RAJ : KESEMPURNAAN NILAI-NILAI KEMANUSIAAN

Sejarah Islam mencatat suatu peristiwa besar yang difirmankan-Nya di dalam Kitabullah, Al Qur-an, bahwa pada suatu malam, Allah SWT telah memperjalankan seorang hamba-Nya, Rasulullah Muhammad saw. Perjalanan itu sendiri melalui ”beberapa tangga”, sebelum beliau menghadap ke hadirat-Nya, yakni melewati tangga semesta alam, 'Arsy, Sidratul Muntaha, yang jarak antara satu tangga dengan yang lainnya mencapai 50.000 tahun perjalanan dalam skala hitungan hari.

Sungguh! Sebuah bukti nyata, suatu mukjizat. Maka Mahasuci Allah yang telah memperlihatkan Kekuasaan dan Kebesaran-Nya, tentang ”empat tingkat ilmu”, sebagaimana tersebut di dalam Al Qur-an, hanya dalam satu malam! Itulah hari kemenangan Islam yang pertama-tama akan Kebenaran tertinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan, sejak Rasulullah saw dan kaum Muslimin mengalami berbagai penderitaan akibat boikot dan blokade, serta kehilangan ”dua perisai dan pelindung” - yaitu isteri dan paman beliau - dari kekejaman yang dilakukan oleh suku Quraisy Mekkah pada waktu itu.

Al Qur-an yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul penutup, sampai akhir zaman, adalah suatu perbekalan yang meliputi, sehingga Al Qur-an akan mampu mengatasi seluruh permasalahan umat manusia, sebab Al Qur-an mengandung empat tingkat ilmu, mulai dari ilmu pengetahuan yang eksak, abstrak, relatif abstrak, sampai pada ilmu pengetahuan yang absolut abstrak, yang tidak akan terjangkau oleh kemampuan daya pikir (fu’ad) manusia yang hanya sanggup menembus pada tingkatan eksak dan abstrak saja, merupakan petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi kaum yang mengimaninya.

Sebagai manifestasi iman terhadap Kemuliaan Al Qur-an dan Kekuasaan Allah SWT, para pendahulu kita dalam mencapai kemerdekaan dari kaum kolonial yang menjajah bangsa kita tidak kurang dari 350 tahun, dengan kesadaran penuh mereka mengorbankan segenap jiwa dan raga, sebab atas dasar petunjuk Risalah bahwa penjajahan dan penindasan, adalah suatu bentuk penghancuran nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki. Bahkan, wujud pengakuan keimanan mereka secara jelas dan terus bergema dari bunyi kalimat, ”Berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa.” sebagai langkah awal dalam meletakkan fondasi bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Sabang sampai Merauke ini.

Hari ini - dengan semangat "Seratus Tahun Kebangkitan Nasional" dan "Enam puluh tiga tahun Kemerdekaan" - kita sekarang (hanya kurang dari jumlah dua tangan dan kaki lagi), akan menyongsong dan menyambut hari kemenangan itu dengan berbagai kemeriahan, berupa pesta-pesta rakyat, setelah penat beraktivitas di berbagai ”lapangan penghidupan duniawiah”.

Akan tetapi, timbul pertanyaan besar dari peristiwa-peristiwa kemenangan di atas. Dan bagaimana pula kita mengelola kemenangan hidup di dunia (terbebas dari kaum penindas) dengan harapan meraih pula kemenangan di akhirat kelak - hikmah terkandung di balik Mi’raj Rasulullah? Jawabnya, terpulang ke dalam hati nurani kita semua, yang selayaknya merujuk kepada Kitabullah dengan kemukjizatannya dan berpandu kepada Rasulullah saw. Bahwa, seusai kemeriahan ini, seberapa besar kita mampu mematri diri untuk aktif dan proaktif di berbagai lapangan jihad, sebagai bentuk syarat pengakuan iman, mesti dipangkali dengan kerja keras dalam menyuarakan nilai-nilai Kebenaran nan hakiki dalam menyongsong Hari Kemenangan Islam?